Sabtu, 05 April 2008

Membaca Novel di LAPTOP

Menggandeng para penerbit, Digibook.com rajin membuat buku versi digital dengan harga hemat.

“Dunia sungguh tak adil.” Begitulah yang ada di pikiran Arifin. Lelaki yang tinggal di balik Bukit Parung Kuda, Sukabumi, itu begitu menginginkan buku-buku bermutu, seperti Barack Obama, Laskar Pelangi, atau Jeff Bezos, pendiri Amazon.com. Tapi apa daya, kota itu terlalu kecil untuk disinggahi toko buku yang memajang buku-buku baik.

“Susah cari buku di sini.” Kata Arifin mengeluh.

Untunglah, keluhannya itu kini terjawab. Bukan lantaran di kota itu kini telah hadir toko buku bermutu, melainkan karena ia kini bisa membeli buku elektronik (e-book) secara online untuk dibaca di komputer.

Buku-buku elektronik itu bisa diakses lewat situs http://www.digibookgallery.com. Banyak penerbit yang sudah bekerja sama membuat buku elektronik, di antaranya Grup Mizan, Ufuk Press, bahkan penerbit cerita silat Wastu Laras Grafika juga ikut.

Mizan Group adalah salah satu contoh penerbit yang bersemangat menggarapnya. Perusahaan dengan sederet penerbit di bawah payungnya itu telah menyiapkan sekitar 80 buku elektronik.

Maret nanti, kata Putut Widjanarko, Vice President Operations Mizan Publika – divisi Mizan yang menangani segmen new media, seperti e-book, novel di telepon seluler, dan talking book – koleksi buku elektronik Mizan akan mencapai 100 buku. Buku Grup Mizan yang sudah disulap menjadi buku elektronik di antaranya Laskar Pelangi, Agar Anak Anda Tertular Virus Membaca, Barack Hussein Obama, dan Hermawan Kartajaya on Brand, The Road to CEO.

“Jadi buku Mizan bisa dibaca dari mana saja.” Kata Putut.

Upaya Mizan menerbitkan e-book ini sebenarnya telah dirintis sejak 2001. Saat itu mereka merilis buku elektronik yang gratis diunduh di situs Ekuator.com. Ternyata penggemar buku elektronik cukup banyak. “Server kami sampai down.”

Kesuksesan itulah yang kini mengilhami Mizan menggandeng Digibook. Buku-buku elektrobik itu bisa diunduh lewat situs http://www.digibookgallery.com. Buku elektronik ini menggunakan format khusus, bukan format PDF ala Acrobat Reader, sehingga sulit dibajak. Software pembaca bukunya disediakan gratis.

Harganya? “Dijamin lebih hemat,” kata Putut. Rata-rata harganya separuh dari buku versi cetak. Novel Laskar Pelangi, misalnya, versi digitalnya dijual seharga Rp.28.800. Bandungkan dengan edisi cetaknya, yang mencapai Rp 48 ribu.

Buku yang sudah dibeli, kata Putut, hanya bisa dipasang di satu komputer. Lalu bagaimana kalau komputer crash? “Ya, hilang. Anggap saja seperti beli buku biasa, lalu jatuh ke got,” ujar Putut.

Bagi penulis buku elektronik, ini juga sebuah tantangan baru. Mizan, misalnya, menurut Putut, berani menawarkan royalti yang bisa berbeda dengan edisi cetak. “Wah, ini benar-benar tawaran menarik,” kata Onno W. Purbo, pakar Internet yang telah menulis 10 buku.

Bakal berhasilkah langkah Digibookgallery.com ini? Putut tak bisa memberikan gambaran. Namun, kata dia, era konvergensi media kini telah tiba. Layar monitor atau LCD kini telah berkembang luar biasa hebatnya. Sampai-sampai ada peranti pembaca buku elektronik, seperti Kindle keluaran Amazon.com, yang bisa dibaca di bawah sinar matahari terik.

“Saat peluncuran Kindle, hanya dalam waktu lima setengah jam laku terjual,” kata Putut. Ia buru-buru menambahkan, penjualan buku elektronik di Indonesia mungkin belum sedahsyat itu, tapi demam seperti itu bakal segera tiba. Burhan

Koran Tempo edisi XXII, Jumat, 22 Februari 2008

2 komentar:

Nadiah Alwi - Write at Home Mom mengatakan...

Memang enak mbaca novel di laptop...

Harry Warga Negara mengatakan...

Udah coba www.smsbookshop.com ? Kalo ini lebih canggih lagi, beli buku pake SMS (Rp2000,-) . Cobain deh pasti seru.